Varietas Biji Kopi Di Indonesia

   Varietas kopi merujuk kepada subspesies kopi. Biji kopi dari dua tempat yang berbeda biasanya juga memiliki karakter yang berbeda, baik dari aroma (dari aroma jeruk sampai aroma tanah), kandungan kafein, rasa dan tingkat keasaman. Ciri-ciri ini tergantung pada tempat tumbuhan kopi itu tumbuh, proses produksi dan perbedaan genetika subspesies kopi.
   Kopi merupakan tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan. Selain sebagai sumber penghasilan bagi tidak kurang satu setengah juta jiwa petani Indonesia, kopi juga menjadi komoditas andalan ekspor dan sumber pendapatan devisa negara. Hasil kopi Indonesia saat ini menempati peringkat ke empat terbesar didunia.Kopi memiliki sejarah panjang dan memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Tanaman kopi berasal dari famili Rubiaceae yang  terdiri atas sekitar 500 genus dan lebih dari 6000 spesies. Sebagian besar tumbuhan ini berwujud semak dan tumbuh baik pada iklim tropis.


Ada 4 jenis/varietas biji kopi dan jenis tambahan yang cukup popular di Indonesia saat ini yang dikonsumsi dan diperdagangkan secara komersial. Diantaranya:

1.   Arabika
Ini adalah jenis kopi yang dibudidayakan pertama kali di Indonesia. Kopi jenis arabika sangat baik ditanam didaerah yang berketinggian 1.000 – 2.100 di atas permukaan laut. Semakin tinggi lokasi perkebunan kopi, cita rasa yang dihasilkan oleh biji kopi akan semakin baik. Selain itu perakaran tanaman kopi arabika lebih dalam dibandingkan dengan perakaran kopi robusta. Karena itu perkebunan kopi arabika hanya terdapat di beberapa daerah tertentu . Beberapa penanaman jenis kopi arabika yang terkenal di Indonesia diantaranya; Propinsi Sumatera Utara (Tapanuli utara, Dairi, Tobasa, Humbang, Mandailing, dan Karo), Propinsi Aceh, Propinsi Lampung, Beberapa Propinsi dipulau Sulawesi , jawa dan Bali.
Karakteristik biji kopi arabika secara umum :
- Rendemennya lebih kecil dari jenis kopi lainnya ( 18 – 20%)
- Bentuknya agak memanjang.
- Bidang cembungnya tidak terlalu tinggi.
- Lebih bercahaya dibandingkan dengan jenis lainnya.
- Ujung biji lebih mengkilap tetapi jika dikeringkan berlebihan akan terlihat retak atau pecah.
- Celah tengah (center cut) dibagian datar (perut) tidak lurus memanjang kebawah tetapi berlekuk.
- Untuk biji yang sudah dipanggang (roasting), celah tengah terlihat putih.
- Untuk biji yang sudah diolah, kulit ari kadang-kadang masih menempel dicelah atau parit biji kopi.
   Kopi arabika pertama kali dibudidayakan di Indonesia pada tahun 1969. Awalnya, pengembangan jenis kopi arabika merupakan varietas typical dan borbon. Turunan dari penyilangan kedua varietas tersebut diantaranya caturra, pacas, san ramon, Sumatra dan marogogipe. Berbagai varietas tersebut terkenal dengan mutu yang baik, tetapi sebagian besar masih rentan terserang hama dan penyakit.        
   Dalam perkembangannya selama lebih dari 50 tahun, kopi jenis arabika memiliki potensi produksi yang sangat tinggi dan relative tahan hama dan penyakit. Beberapa negara yang telah melakukan perbanyakan tanaman jenis arabika antara lain Kolombia, Brazil, India dan beberapa negara di Amerika Tengah.

2.   Robusta
   Tanaman kopi jenis robusta memiliki adaptasi yang lebih baik dibandingkan dengan kopi jenis arabika . Areal perkebunan kopi jenis robusta di Indonesia relative luas. Pasalnya kopi jenis robusta, dapat tumbuh diketinggian  yang lebih rendah dibandingkan dengan lokasi perkebunan kopi jenis arabika.
   Kopi jenis robusta yang asli sudah hampir musnah. Saat ini, beberapa jenis robusta sudah tercampur menjadi klon atau hibrida. Berikut karakteristik fisik biji kopi robusta:
- Rendemen kopi robusta relative lebih tinggi dibandingkan dengan rendemen kopi arabika (20 – 22%)
- Biji kopi agak bulat.
- Lengkungan biji lebih tebal dibandingkan dengan jenis arabika.
- Garis tengah (parit) dari atas ke bawah hampir rata.
- Untuk biji yang sudah diolah, tidak terdapat kulit ari dilekukan atau bagian parit.
Kini tanaman kopi robusta telah berkembang pesat dan mendominasi areal tanaman kopi di Indonesia.

3.   Liberika
   Kopi Liberika adalah jenis kopi yang berasal dari Liberia, Afrika barat. Kopi ini dapat tumbuh setinggi 9 meter dari tanah. Di abad-19, jenis kopi ini didatangkan keIndonesia untuk menggantikan kopi arabika yang terserang oleh hama penyakit.
   Dahulu, kopi liberika pernah dibudidayakan  di Indonesia, tetapi sekarang sudah ditinggalkan oleh pekebun atau petani. Pasalnya, bobot biji kopi keringnya hanya 10% dari bobot kopi basah. Selain perbandingan bobot  basah dan bobot kering, rendemen biji kopi liberika yang rendah merupakan salah satu factor tidak berkembangnya jenis kopi liberika di Indonesia. Rendemen kopi liberika hanya sekitar 10 – 12%.
   Karakteristik biji kopi liberika hampir sama dengan jenis arabika. Kelebihannya jenis liberika lebih tahan terhadap serangan hama Hemelia Vastatrixi dibandingkan dengan kopi jenis arabika. Beberapa varietas kopi Liberika yang pernah didatangkan ke Indonesia antara lain adalah Ardoniana dan durvei.
   Kopi liberika memiliki beberapa karakteristik:
- Ukuran daun, cabang, bunga, buah dan pohon lebih besar dibandingkan kopi arabika dan kopi robusta.
- Cabang primer dapat bertahan lebih lama dan dalam satu buku dapat keluar bunga atau buah lebih dari satu kali.
- Kualitas buah relatif rendah.
- Produksi sedang, (4,-5 ku/ha/th) dengan rendemen ± 12%
- Berbuah sepanjang tahun.
- Ukuran buah tidak merata/tidak seragam
- Tumbuh baik di dataran rendah.
   Kopi liberika termasuk tanaman hutan dan banyak terdapat di pedalaman Kalimantan dan sudah berabad lamanya menjadi minuman tradisional suku Dayak di sana. Pohon kopi liberika ini bisa mencapai ketinggian 30 m, dan biji kopi liberika merupakan biji kopi dengan ukuran terbesar di dunia.

4.   Excelsa
   Kopi jenis ini tidak termasuk kedalam kelompok arabika dan robusta akan tetapi masuk kelompok liberoid. Asal mula kopi excelsa ditemukan secara historis di daerah afrika Barat tahun 1905 kemudian menyebar ke daerah melayu.
   Dewevrei Coffea  atau kopi Ekselsa (Excelsa) memang tidak terlalu banyak dibudidayakan di tanah Indonesia. Kopi Ekselsa mempunyai cita rasa dan aroma yang dikategorikan kuat dan dominan pahit. Beberapa peneliti luar negeri juga mulai tertarik terhadap kopi excelsa indonesia. Mempunyai fisik yang lebih besar dari kopi arabika maupun robusta dan cenderung berbuah sepanjang tahun, mudah dibudidayakan. Kopi ini merupakan jenis kopi yang tidak begitu peka terhadap penyakit HV (relatif tahan terhadap hama dan penyakit) dan dapat ditanam di dataran rendah dan lembab, atau dapat juga disimpulkan bahwa kopi Ekselsa (Excelsa) ini dapat ditanam di daerah yang tidak sesuai untuk kopi robusta.  Kopi Ekselsa (Excelsa) juga dapat ditanam di atas lahan gambut yang memiliki kesuburan rendah yang tidak dapat ditanami baik kopi arabika maupun robusta, kemudian cukup 3,5 tahun, tanaman ini sudah mampu memproduksi biji kopi sekitar 800-1200 kg per Hektar.
   Kopi jenis Ekselsa (Excelsa)sudah ditanam masyarakat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Jambi) sejak 50 tahun yang lalu. Beberapa perusahaan kopi terkemuka di Indonesia telah menggunakan kopi ini sebagai bahan baku. Jenis Kopi Ekselsa (Excelsa) sejak dahulu telah menjadi kopi andalan daerah jambi , bahkan beberapa tahun terakhir mengalami  peningkatan permintaan dari Malaysia dan Singapura Dengan harga jual mencapai Rp 26.000 per kilogram. Jambi memang merupakan daerah yang tepat untuk membudidayakan Kopi Ekselsa ini, tepatnya  di daerah Ilir yang sebagian besar memiliki lahan gambut, seperti di Kec. Pengabuan, Kec. Betara, Kecamatan Bram Itam dan Kuala Betara.

Jika ditambahkan dengan varietas biji kopi dengan perlakuan khusus, maka dapat diperoleh biji kopi seperti;

5.   Luwak
   Kopi Luwak adalah seduhan kopi menggunakan biji kopi yang diambil dari sisa kotoran luwak/musang kelapa. Biji kopi ini diyakini memiliki rasa yang berbeda setelah dimakan dan melewati saluran pencernaan luwak. Kemasyhuran kopiini di kawasan Asia Tenggara telah lama diketahui, namun baru menjadi terkenal luas di peminat kopi gourmet setelah publikasi pada tahun 1980-an.
   Kopi Luwak terkait erat dengan sejarah pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan tanaman komersial di koloninya di Hindia Belanda terutama di pulau Jawa dan Sumatera. Salah satunya adalah bibit kopi arabika yang didatangkan dari Yaman. Pada era "Tanam Paksa" (Cultuurstelsel) tahun 1830—1870, Belanda melarang pekerja perkebunan pribumi memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi, akan tetapi penduduk lokal ingin mencoba minuman kopi yang terkenal itu. Kemudian pekerja perkebunan akhirnya menemukan bahwa ada sejenis musang yang gemar memakan buah kopi, tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji kopinya masih utuh dan tidak tercerna. Biji kopi dalam kotoran luwak ini kemudian dipunguti, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian diseduh dengan air panas, maka terciptalah kopi luwak.Kabar mengenai kenikmatan kopi aromatik ini akhirnya tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, maka kemudian kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Karena kelangkaannya serta proses pembuatannya yang tidak lazim, kopi luwak pun adalah kopi yang mahal sejak zaman kolonial.
   Luwak (musang) senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Dengan indera penciumannya yang peka, luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul matang optimal sebagai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang masih dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Hal ini terjadi karena luwak memiliki sistem pencernaan yang sederhana, sehingga makanan yang keras seperti biji kopi tidak tercerna. Biji kopi luwak seperti ini, pada masa lalu hingga kini sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami di dalam sistem pencernaan luwak. Aroma dan rasa kopi luwak memang terasa spesial dan sempurna di kalangan para penggemar dan penikmat kopi di seluruh dunia.

6.   Peaberry
   Kopi Peaberry disebut juga kopi lanang yang bentuk bijinya berbeda dengan kopi pada umumnya. Lanang berarti laki-laki dalam bahasa Jawa. Disebut demikian karena bentuk biji kopi ini tunggal dan bulat, tidak terbelah seperti bentuk biji kopi pada umumnya. Meski demikian, sebenarnya kopi ini bukan varietas baru. Kopi lanang bisa dihasilkan oleh pohon kopi jenis robusta maupun arabika yang pada umumnya ditanam petani di Indonesia.
   Peminat kopi lanang di pasar lokal memang belum banyak. Para penggemar kopi dari luar negeri yang jauh lebih paham akan citarasa kopi lebih mengenal jenis kopi ini. Mereka bahkan rela membeli dengan harga mahal untuk mendapatkan citarasa tertinggi. Selain sarat dengan kandungan kafein, yakni sekitar 2,1 persen, banyak orang yakin kopi lanang berkhasiat menambah vitalitas kaum pria. Namun, hingga saat ini memang belum ada penelitian yang sudah membuktikan klaim tersebut.
   Volume produksi kopi lanang tidak terlalu banyak karena bukan dihasilkan oleh budidaya biasa. Kopi lanang sebenarnya hasil sortiran kopi biasa saat panen, namun untuk menghasilkan kualitas terbaik, maka lokasi penanaman pohon kopi harus berada di ketinggian minimal 1.500 meter di atas permukaan laut (dpl), karena hawa dingin mampu menghasilkan biji kopi terbaik. Padahal, tidak semua petani kopi memiliki lahan di ketinggian tersebut. Selain itu petani harus mengurangi serangga penyerbuk. Ini bertujuan agar bunga kopi mengalami stres sehingga menghasilkan biji kopi yang tidak normal, dimana cara budidaya ini belum banyak dilakukan lantaran berisiko merugikan petani yang berharap panen kopi normal. Kopi lanang biasanya banyak dihasilkan dari pohon kopi tua. Sayangnya, pohon kopi yang sudah tua sering ditebang karena dianggap tidak menghasilkan biji kopi terbaik. Padahal, pada saat berusia 10 tahun, pohon kopi tersebut berpeluang menghasilkan biji kopi lanang terbaik. Sebab, bunga kopi di pohon kopi tua sering tidak mendapatkan penyerbukan yang sempurna. Akibatnya, lebih mungkin akan berbentuk banyak biji kopi lanang.

7.   Longberry
  Kopi Blue Berry atau Pea Long merupakan kopi berkarakter fisik monokotil dan panjang, yang diperoleh hanya 10 % dari setiap 1 kilogram kopi jantan dan dilakukan secara manual, mempunyai citarasa tinggi yang ditanam di 1.520 mdpl. Kopi ini merupakan hasil seleksi petani langsung dan kecendrungan tekstur kopi lebih besar. Pea Long memiliki citarasa yang spesial, yakni; balance, body yang kuat, plavour, keasaman dan rasa manis yang seimbang.

8.  Kopi Putih
   Biji kopi yang diperoleh dari hasil proses pemanggangan terhadap biji kopi muda atau kopi mentah yang masih hijau saat dipanen. Pemanggangan yang sebentar membuat warna biji kopi menjadi lebih terang seperti halnya warna kacang. Biji kopi inilah yang disebut sebagai biji kopi ‘putih’. Biji kopi putih lebih keras dan memiliki rasa yang berbeda dengan kopi biasa.
   Jika kopi biasa memiliki rasa yang kuat dan pahit, namun kopi putih memiliki rasa yang gurih ketika diseduh. Rasa gurih akan bertambah ketika kopi diberi bahan-bahan lain untuk menambah cita rasanya.
   Semakin lama biji kopi biasa dipanggang akan semakin banyak kafein yang terbakar. Karena hanya dipanggang sebentar, kopi putih mengandung kafein lebih banyak, sehingga sangat ideal bagi mereka yang menginginkan dosis ektra kafein. Kopi putih bisa juga dinikmati oleh orang yang bukan peminum kopi karena rasanya yang gurih mungkin lebih cocok daripada kopi yang biasanya memiliki rasa pahit.
   Karena dipanggang dalam waktu tidak terlalu lama, maka biji kopi putih umumnya akan lebih keras daripada biji kopi yang dipanggang penuh. Oleh karena itu, biji kopi putih memerlukan alat penggiling khusus karena jika tidak, dapat mematahkan alat penggiling  biasa.
   Namun Kopi putih banyak juga dihasilkan dengan cara mencampur kopi biasa dengan bahan yang bisa membuatnya putih, seperti krim, susu, atau campuran antara krim dan susu sehingga berwarna putih, bukan biji yang dihasilkan dari proses pemanggangannya.
   Kopi putih dapat juga merujuk pada kopi putih Ipoh, kopi gaya Malaysia, dimana biji kopi dipanggang dengan margarin, sehingga memiliki warna yang lebih terang dibandingkan dengan kopi hitam tradisional Malaysia. Pemangangan bisa dengan karamel, margarin, dan gandum atau oat halus.

Jika berdasarkan proses untuk mendapatkan cita rasa menuju penyajiannya, maka dapat ditambahkan pengertian yang lain atas varian kopi, seperti;

9.   Campuran
   Biji kopi yang dihasilkan dari pencampuran biji dengan bahan tertentu untuk memperoleh keseimbangan rasa dan kompleksitas aromanya. Salah satu campuran tradisional yang tertua adalah Mocha-Java, terdiri dari biji kopi yang sama namanya. Rasa coklat yang khas sangatlah cocok dengan Cafe mocha, yang merupakan minuman kopi yang dicampur dengan coklat. Saat ini campuran Mocha-Java biasa dicampur dengan varietas lainnya untuk menciptakan ciri khas yang unik. Banyak perusahaan kopi yang memiliki campurannya tersendiri.
   Beberapa biji kopi sangatlah terkenal dan oleh sebab itu memiliki harga yang lebih mahal dari biji kopi lainnya. Jamaican Blue Mountain dan Hawaiian Kona mungkin adalah contoh yang baik. Biji kopi ini sering dicampur dengan biji kopi lainnya yang tidak seberapa mahal dan dengan itu nama campuran ini disebut blend (seperti "Blue Mountain blend" atau "Kona blend"), walau hanya sedikit biji kopi dari jenis itu yang digunakan.

10. Ekspresso
   Biji kopi yang digunakan untuk membuat kopi biasa dan kopi espresso biasanya berasal dari jenis yang sama. Namun perbedaannya terletak pada proses penggilingan, penyeduhan, dan pemanggangan biji kopi. Biji kopi yang digunakan untuk membuat espresso kehalusannya lebih bagus daripada yang digunakan untuk membuat kopi biasa.
   Kopi biasa diseduh dengan air panas atau hampir mencapai titik didih yang dituangkan di atas kopi bubuk atau dengan alat penggilingan French press. Espresso diseduh dengan memasukkan sejumlah kecil air yang sangat panas dan bertekanan tinggi melalui penggiling biji kopi. Espresso yang dihasilkan jauh lebih pekat dan lebih kental dibanding kopi biasa. Jumlah air yang digunakan untuk proses penyeduhan secangkir espresso biasanya sekitar 59 ml, sedangkan untuk secangkir kopi biasa sekitar 178 ml. Meskipun setiap cangkir memiliki kandungan kafein yang sama, namun espresso mengandung kafein lebih tinggi daripada kopi biasa dalam setiap ons-nya.

11. Latte
   Latte dikenal sebagai café au lait dalam bahasa Perancis, café con leche dalam bahasa Spanyol, dan Milchkaffee dalam bahasa Jerman. Dengan kata sederhana, latte berarti kopi susu. Latte sering menyertai sarapan dan merupakan ‘double shot’ espresso yang diberi susu di atasnya. Harus diperhatikan bahwa yang ditambahkan di atas latte adalah susu bukan buih susu sehingga jumlah susu dalam latte cukup signifikan.
   Di beberapa kafe, latte mungkin disajikan dengan busa di atasnya yang hanya digunakan untuk hiasan untuk membuatnya lebih menarik.Terdapat beberapa hiasan pada latte. Desain yang digunakan biasanya berbentuk hati atau daun.

12. Cappuccino
   Resep standar cappuccino umumnya terdiri atas sepertiga espresso, sepertiga susu, dan sepertiga busa susu. Minuman ini memiliki lapisan tebal busa di atasnya. Cappuccino memiliki rasa lebih kuat dibandingkan dengan latte tetapi dengan atribut rasa seimbang.
   Ada dua cara memesan cappuccino. Anda dapat memesannya ‘basah’ atau ‘kering’. Ketika memesan cappuccino ‘kering’, maka minuman yang disajikan memiliki lebih banyak busa dibandingkan dengan susu. Di sisi lain, cappuccino ‘basah’ akan terdiri dari lebih banyak susu.
   Akhir-akhir ini di Amerika, cappuccino tidak lagi menggunakan susu melainkan diganti dengan susu busa mikro. Susu ini memiliki tekstur glossy dan halus dengan gelembung kecil. Cappuccino biasanya dihiasi dengan taburan bubuk kayu manis di atasnya.



Click Me!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar