Pukis Cafe Dan Kue Pukis

Kue Pukis atau yang biasa disebut Kue Pancong ini paling banyak diminati serta digemari oleh seluruh kalangan masyarakat di Indonesia. Kue tradisional yang berasal dari Banyumas, Jawa Tengah memiliki tekstur yang lembut, wangi yang khas serta rasanya yang legit dan istimewa. Kue basah ini cocok menemani anda sebagai cemilan dan teman untuk kopi, teh, bahkan bisa dihidangkan untuk tamu.

Kue pukis yang kita kenal sampai saat ini merupakan salah satu jenis kudapan yang berasal dari kabupaten banyumas di Jawa Tengah. Hingga saat ini kue pukis sudah menyebar ke kota-kota besar hingga ke pelosok seluruh nusantara.
Masih ingat dong jajanan-jajanan yang ada di pinggir jalan? biasanya kue ini ditemukan saat pagi hari ataupun sore hari hingga malam hari. Kue pukis sendiri dibuat dengan adonan yang berasal dari tepung terigu, gula pasir, telur, santan, dan ragi. Diaduk menjadi satu lalu dituangkan ke dalam cetakan pukis dan dipanggang. Dapat pula dipadu dengan bahan dari susu, mentega, madu, coklat, keju dsb. Toppingnya pun telah berkembang dengan menggunakan berbagai bahan seperti meises, coklat, kacang, irisan daging hingga bahan-bahan modern yang berbahan dasar susu dan aneka buah. 
Kue ini sering Anda jumpai di pasar tradisional maupun warung aneka jajanan kue basah. Bahkan jajanan ini telah diadopsi menjadi teman yang menarik untuk minuman kopi di kedai atau cafe, sambil nongkrong dan ngobrol ringan beserta teman-teman maupun keluarga. Dapat pula kue ini bisa dijadikan suguhan untuk tamu anda atau hantaran dan buah tangan bagi orang-orang yang Anda cintai.

Jika Anda ingin mencoba untuk membuatnya sendiri, kenapa tidak. Saya akan berbagi tentang resep kue pukis khas Banyumas yang mungkin bisa Anda coba sendiri di rumah:
Bahan yang diperlukan:
150gr Tepung Terigu
100gr Gula Pasir
3 Butir Telur Ayam
1/2 sdm Ragi Instant
85gr Margarin (cairkan)
60ml Air Hangat
180ml Santan

Cara membuat:
Santan dipanaskan sampai mendidih sambil diaduk-aduk agar santan tidak pecah hasilnya. Setelah itu, angkat dan diamkan sejenak sampai suhunya menjadi hangat.
Larutkan Ragi Instant bersama Air Hangat. Aduk rata sampai berbuih.Masukkan Gula Pasir, Telur Ayam, dan Margarin yang telah dicairkan kedalam mixer. Aduk rata hingga adonan mengembang dan mengental.
Campurkan Tepung Terigu kedalam adonan dengan perlahan-lahan agar adonan tersebut tidak mengumpal.Tuangkan Larutan Ragi Instant yang telah dicampur dengan Air Hangat ke dalam adonan tersebut. aduk kembali hingga merata.
Masukkan Santan hingga rata, dan diamkan selama 15 menit.
Siapkan cetakan Pukis, oleskan mentega pada cetakan tersebut dan beri minyak sayur di atas api kecil agar tidak terlalu hangus.Tuangkan adonan kedalam cetakan tersebut dengan merata, lalu tutup dan masak hingga 1/2 matang.
Setelah adonan tersebut sudah masak 1/2 matang, taburkan topping sesuai selera. Tutup kembali dan masak hingga matang

Untuk Anda yang tidak memiliki waktu luang untuk sekedar membuat kue ini, namun Anda ingin mendapatkan kue ini sebagai suguhan, buah tangan, atau ingin dikonsumsi sendiri, Anda yang berdomisili di seputar Denpasar dan sekitarnya, dapat mengunjungi Pukis Cafe Bali untuk mendapatkan form pemesanannya.

Melalui Pukis Cafe Bali saya ingin menyapa dan memperkenalkan sebuah sajian kue pukis bercita rasa cafe namun berharga kaki lima di Bali, yang menyajikan keunikan tersendiri bagi Anda para penggemar kue pukis. Kue pukis ini berbahan dasar pemanis dari madu. Karena di era modern saat ini, kesadaran masyarakat sudah cukup tinggi untuk menjaga pola makan sehat melalui bahan dasar yang mengandung gizi tinggi, resiko kesehatan yang kecil dengan tanpa meninggalkan citarasa yang tetap tinggi. Dan saya mencoba untuk memadukan antara madu yang kaya akan kandungan gizi, susu dan telur sebagai sumber protein, serta kopi dan coklat yang mengandung sumber pendorong peningkatan energi dan relaksasi. Dan saya pun mengemasnya dengan kemasan yang ramah lingkungan yang menarik.
Tidak lupa melalui blog ini, saya sembari mengajak anda menikmati wawasan seputar cafe, kopi, madu dan musik sambil seakan merasakan suasana santai di sebuah cafe dengan ditemani secangkir kopi dan sepiring pukis madu yang lezat.




Click Me!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mengenal Pengolahan Dan Pembuatan Minuman Kopi

Kopi memang suatu minuman yang sangat unik. Hanyalah kopi minuman di dunia ini yang mulai dari penanaman, proses pembuatan hingga cara penyajiannya dibahas habis.
Jika mengintip tentang proses pengolahan biji kopinya, maka di Indonesia dikenal ada 3 proses, diantaranya; Wet Process, Dry Process, dan Plup Natural (Honey Process)
Proses kering atau dry process ini adalah metode pengolahan biji kopi yang paling banyak digunakan di Indonesia. Untuk beberapa daerah penghasil kopi seperti Sumatera dan Jawa, Dry process telah di percaya dapat menghasilkan citarasa dan aroma kopi yang lebih baik. Tahapan prosesnya adalah;
Melakukan pemetikan buah kopi dari pohon.Melakukan proses “pulping” atau pemisahan biji kopi yang berkulit tanduk dengan daging kopi. Proses pulping ini biasanya dilakukan menggunakan mesin khusus. Melakukan fermentasi terhadap biji kopi didalam karung selama 1×24 jam untuk mengeluarkan semua lendir kopi. Membersihkan biji kopi dari lendir dengan menggunakan air mengalir. Melakukan proses penjemuran biji kopi selama kurang lebih 8 jam sampai kadar air 12-13% sesuai dengan standarisasi ekspor. Setelah biji kopi kering, maka tahap selanjutnya adalah proses “Huller” atau pemisahan kulit tanduk pada biji kopi. Setelah proses huller selesai, kita sudah mendapatkan biji kopi, lalu kita melakukan proses sorting biji kopi sesuai dengan grade yang kita inginkan. Biji kopi kemudian dijual ke market sesuai dengan grade pensortiran yang sudah kita lakukan.
Sedangkan tahapan metode Pulp Natural adalah;
Buah kopi dipetik dari pohon.Buah kopi kita jemur hingga kering. Buah kopi yang sudah kering kita huller langsung dengan biji kopi didalam nya. Kita kemudian akan mendapatkan green bean kopi yang sudah terpisah dari daging buah kopi dan kulit tanduk. Green bean kopi dengan metode Pulp Natural masih terdapat lendir dari buah kopi yang menempel. Karena lendir yang menempel ini maka proses Pulp Natural biasa disebut dengan “Honey Process”. Green bean yang masih berlendir tersebut kemudian dijemur sampai kadar air 12-13% sesuai dengan standarisasi ekspor.

Jika kita melihat dari 2 proses diatas, maka perbedaan utama dari Dry process dan Pulp Natural adalah dari proses Huller nya. Dry proses di pulping dulu baru di huller, namun untuk Pulp Natural, buah kopi langsung di huller secara bersamaan dengan biji kopi. Perbedaan lain nya adalah di proses fermentasi. Dry proses telah melalui proses fermentasi, sedangkan Pulp Natural tidak melalui proses fermentasi. Jika anda bertanya, “Mana proses yang lebih baik? Dry process atau Pulp Natural?” Jawaban nya adalah: “Sama-sama baik“. Semua tergantung dari jenis kopi, jenis bibit nya, kondisi perkebunan dan lain-lain. Semua harus dilakukan eksperimen terlebih dahulu untuk mengetahui mana hasil akhir yang terbaik.
Sedangkan untuk proses pembuatan menjadi minuman dengan citarasa yang baik bisa dibagi dalam 5 cara yang berbeda. Metode yang pertama adalah dengan menggunakan alat yang bernama Drip Coffee Maker atau kopi tetes. Oleh kebanyakan orang metode ini dikatakan sebagai metode termudah dan tidak memakan banyak biaya. Bahkan kopi luwak yang terkenal rumit dalam pembuatannya akan terasa mudah dengan menggunakan metode pembuatan yang ini. Untuk membuatnya anda hanya perlu menuangkan air ke atas kopi bubuk yang dibawahnya telah dilapisi oleh kertas saring menuju ke bejana kopi. Kemudian sebelum menyeduhnya anda hanya perlu memanaskan tetesan air tersebut.
Metode berikutnya adalah Arab method, karena metode ini berasal dari jazirah Arab. Untuk metode ini anda perlu untuk menggiling kopi anda dengan menggunakan alat penggiling kopi. Setelah digiling masukan kopi anda tersebut ke dalam ibrik (bejana) yang berisi gula dan air lalu panaskan sebanyak tiga kali sebelum disajikan.
Metode yang ketiga dikenal sebagai French Press atau metode tekan. Metode ini hampir mirip dengan metode kopi tetes. Pada metode French press ini, kopi diletakan langsung pada bejana yang berisi air panas dan telah berisi air dan gula. Jika dirasa sudah matang, anda bisa langsung untuk menekan kebawah suatu tombol yang berguna untuk menghasilkan air kopi. Anda pun bisa memasukan bubuk kopi luwak anda ke dalam alat ini untuk membuatnya. Umumnya metode ini banyak dipakai oleh kedai kopi di seluruh dunia.
Berikutnya adalah metode percolator atau disebut juga dengan penyaring kopi. Menurut pendapat dari para penikmat kopi mengatakan bahwa metode ini mempunyai kualitas paling tinggi dibandingkan dengan metode-metode lainnya. Metode percolator  ini menghasilkan kopi dengan rasa yang pahit. Itulah mengapa para orang tua terdahulu menggemari metode ini. Di zaman modern seperti sekarang ini sudah sangat susah untuk mencari percolator  karena alat ini merupakan alat yang sudah kuno. Cara untuk membuatnya adalah masukan air dan kopi bubuk secara bersamaan ke dalam alat. Air yang telah dimasukan akan menuju ke atas secara perlahan sembari  membawa kopi bubuk yang telah anda masukan. Semakin ke atas air tersebut, makin matanglah kopi anda hingga siap untuk diseduh. Metode ini sangat cocok untuk pembuatan kopi luwak karena bisa memperkuat aroma yang ada pada kopi ini.
Metode yang terakhir adalah syphon atau biasa disebut dengan balancing syphon. Bisa dikatakan metode ini merupakan metode yang paling berbeda dari metode-metode sebelumnya. Pada metode ini terdapat sebuah alat yang mempunyai dua tabung. Anda harus memasukan kopi dari tabung A dan memasukan air dari tabung B. Setelah air pada tabung B dipanaskan maka secara perlahan air tersebut akan menuju tabung A dan pada akhirnya air di tabung B akan habis karena telah berpindah. Setelah air dan kopi bercampur pada tabung A, maka secara perlahan pula kopi yang telah bercampur dengan air akan kembali ke tabung B. Jika sudah demikian kopi sudah dapat disajikan. Metode ini akan sangat asyik ketika anda membuat kopi luwak karena sangatlah menarik melihat air yang selalu bergerak.





Click Me!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Popularitas Kopi Indonesia Dan Macamnya

Eksportir kopi terbesar di dunia saat ini masih diduduki oleh Brasil. Indonesia berada di posisi kelima, di bawah Brasil, Vietnam, Kolombia, dan Jerman.

Jika membicarakan tentang kopi Indonesia yang sangat popular di dunia, tidak akan lepas dari Kopi Luwak dengan citarasanya yang terbaik dan menjadi salah satu favorit pecinta kopi di dunia. Kopi yang berasal dari kotoran hewan luwak ini masuk dalam kategori kopi elit yang mampu mengalahkan kopi merek Starbucks maupun dari Brasil.
Seiring dengan tren kopi luwak yang meroket, para petani kopi berbondong-bondong melakukan ternak hewan luwak. Dengan begitu diharapkan produksi kopi luwak makin besar dan bisa meningkatkan ekspor.

Kopi luwak yaitu buah kopi matang pohon yang dimakan oleh luwak (sejenis musang), kemudian dikeluarkan sebagai kotoran luwak tetapi biji-biji kopi tersebut tidak tercerna sehingga bentuknya masih dalam bentuk biji kopi. Jadi di dalam perut musang biji kopi mengalami proses fermentasi dan dikeluarkan lagi dalam bentuk biji bersama dengan kotoran Luwak. Selanjutnya biji kopi luwak dibersihkan dan diproses seperti kopi biasa.
Kopi luwak merupakan salah satu upaya meningkatkan nilai tambah komoditas kopi, di samping komoditas kopi biasa seperti kopi reguler Arabika dan kopi reguler Robusta. yang membedakan kopi luwak dengan biji kopi biasa adalah dimakan oleh Luwak (sejenis musang) dan di keluarkan dalam bentuk biji kopi, Sehingga aromanya lebih harum serta ada rasa pahit dan getir asam yang lebih khas dan special.

Kopi luwak merupakan jenis biji kopi yang termahal di dunia, sehingga sampai masuk ke Guiness Book of Records. 4 tahun belakangan ini harga kopi luwak di pasar internasional semakin meningkat, bahkan mencapai US$ 500/kg bentuk biji kering (kadar air 11,5%). Bandingkan dengan harga kopi biasa kualitas nomor 1 yang hanya US$ 4,5/kg.
Kemasyhuran kopi luwak telah terkenal sampai kemancanegara, bahkan di Luar Negeri, terdapat kafe yang menjual kopi luwak (Civet Coffee) dengan harga yang mahal. sejak dahulu, sewaktu penjajahan Belanda kopi luwak sudah menempati posisi pasar paling atas, baik dilihat dari sisi rasa maupun harga. Hanya saja, karena dulu kualitas produk belum terjaga secara kontinyu, harganya meskipun berada di posisi tertinggi tidak bisa dikerek lebih tinggi lagi. Penyebab utamanya, kopi luwak 100% masih tergantung pada alam.

Popularitas kopi ini antara lain meningkat setelah masuk program TV terkenal di Amerika Serikat, Oprah Winfrey, dan dalam film The Bucket List. Di London, misalnya, harga secangkir kopi luwak bisa mencapai £60 atau sekitar Rp900.000 lebih untuk satu cangkir.
Namun banyak upaya pula untuk menjatuhkan kepopuleran kopi yang fenomenal ini. Seperti penyelidikan yang dilakukan wartawan BBC, Guy Lynn dan Chris Rogers, memperlihatkan bahwa musang-musang yang makan biji kopi tersebut dikurung dalam kandang. Dan para ahli yakin bahwa kopi luwak yang dijual di London diproduksi dari musang kandang walau dipromosikan sebagai kopi luwak yang berasal dari musang liar.

Guy Lynn dan Chris Rogers yang menyamar sebagai pembeli, antara lain berkunjung ke beberapa peternak di Takengon, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, maupun Sidikalang di Sumatra Utara, dan pengekspor kopi luwak di Medan. Mereka melaporkan musang-musang berada dalam kondisi kandang yang buruk dan bahkan ada musang yang dalam keadaan terluka.

Dr Neil D'Cruze, dari Masyarakat Perlindungan Hewan Dunia, yang menyaksikan video laporan menyatakan bahwa musang-musang itu berada dalam konsidi tertekan dan menyedihkan. Hewan liar ini memiliki perilaku yang mereka butuhkan dan harus diungkapkan. Kandangnya amat tandus, kotor, dan tidak ada tempat untuk memanjat," tutur Dr D'Cruze.
Sementara itu penulis buku Coffee: A Dark History, Tony Wild, mengungkapkan keyakinannya bahwa produk musang kandang masuk ke pasar London namun dijual sebagai produk alami walau tidak ada jaminan semuanya dari musang liar.

Selain isu pelanggaran atas perlakuan hewan oleh organisasi perlindungan hewan, juga munculnya kompetitor baru dari negara tetangga. Pesaingnya bernama Black Ivory Coffee  juga hampir mirip prosesnya, bedanya biji kopinya dicerna terlebih dahulu oleh seekor gajah.
The Huffington Post (16/10/2012) menyebutkan hal ini mungkin saja terdengar aneh. Namun, hal ini benar-benar ada di The Anantara Hotel, Resorts, and Spa yang terletak di Thailand. Menurut pernyataan yang dikeluarkan hotel tersebut, sebuah penelitian mengindikasi bahwa saat dalam pencernaan, enzim usus gajah menghancurkan protein kopi. Karena protein tersebut bertanggung jawab atas rasa pahit dalam kopi, maka semakin sedikit protein rasa pahitnya makin hilang.

Hanya sekitar 50 kg biji kopi yang tersedia untuk dijual, dan setiap kg nya akan dihargai Rp 10.549.000. Jika dihitung satu cangkir kopi berharga sekitar Rp 480.000,00. Apa sebenarnya yang membuat kopi ini sangat mahal? Menurut Go Asia (16/10/2012), gajah-gajah ini berasal dari gajah yang diselamatkan dan 8% dari penjualan kopi akan dikembalikan kepada Golden Triangle Asian Elephant Foundation. Sebuah organiasasi untuk pelestarian gajah Asia. Gajah-gajah ini hanya diberi makan biji kopi Thai Arabica yang hanya tumbuh di ketinggian 5.000 kaki di atas permukaan laut. Dan gajah-gajah ini harus diberi makan lebih dari 32 kg biji kopi untuk memproduksi 1 kg biji kopi yang siap dikonsumsi manusia.
Sebenarnya tidak hanya kopi luwak yang keharumannya terkenal se-antero dunia. Jenis kopi khas Indonesia lainnya juga banyak yang sudah dikenal. Keberagaman cita rasa dan aroma kopi Indonesia yang berbeda-beda tiap daerah membuat komoditas ini diprediksi bakal cemerlang ke depannya. Perbedaan rasa dan aroma itu lantaran tekstur tanah di Tanah Air juga mempunyai kekhasannya tersendiri.

Sebelumnya, Indonesia dinobatkan sebagai surga kopi dunia dalam pameran Specialty Coffee Association of America (SCAA) di Seattle, Amerika Serikat (AS). Indonesia dinilai memiliki banyak jenis kopi yang tersebar dari seluruh daerah di Tanah Air. Karena banyaknya varian kopi kita, Indonesia mendapat predikat baru sebagai surga kopi dunia," kata Atase Perdagangan Indonesia Washington DC, Ni Made Ayu Marthini, seperti dilansir dari Antara, Jakarta, Selasa (14/4).

Predikat tersebut diberikan oleh komunitas kopi spesial di AS ketika melihat 39 jenis varian kopi spesial terbaik asal berbagai daerah di Indonesia. Made mengatakan, dengan adanya predikat baru bagi Indonesia sebagai 'Surga Kopi Dunia', diharapkan mampu menaikkan ekspor kopi Indonesia ke AS. "Kami berharap ekspor kopi Indonesia terus meningkat," ujarnya.

Kopi Indonesia lainnya yang sangat popular karena citarasanya yang juara diantaranya;
1.Kopi Wamena (Papua)
Kopi Arabika Wamena tumbuh di lembah Baliem pegunungan Jayawijaya Wamena dengan ketinggian 1.600 mdpl tanpa menggunakan pupuk kimia, sehingga kopi ini merupakan kopi organik karena tumbuh subur secara alami. Para petani kopi dibina langsung oleh pemerintah daerah dari Dinas Perkebunan dan Tanaman Pangan Wamena dan juga dibantu oleh Amarta dari Amerika untuk mengolah hasil panen kopi mereka.
Sejak tahun 2008, kopi Arabika Wamena yang memiliki aroma dan citarasa unik, yang memiliki kadar asam yang rendah sehingga aman diminum bagi semua orang ini, telah diekspor ke Amerika Serikat sampai sekarang

2. Kopi Kintamani (Bali)
Di tangan petani kopi Kintamani, kopi bukan hanya sebatas rasa. Komoditas petani itu tidak lagi berdiri sendiri, tetapi mereka secara kreatif menyatukan kopi dalam nilai kekerabatan Bali, kreativitas-kekerabatan inilah yang membedakan mereka dengan petani kopi lain di tanah air. Perbukitan Kintamani penuh dengan kebun kopi yang membentang antara Tampaksiring hingga Singaraja, kira-kira sekitar 15.000 hektar.

Kopi Kintamani dihasilkan dari tanaman kopi arabika yang ditanam di dataran tinggi Kintamani dengan ketinggian diatas 900 mdpl. Kawasan Kintamani berada di lereng ggunung berapi Batur. Dengan jenis tanah Entisel dan Inceptisol (Regusol). Kawasan ini memiliki udara yang dingin dan kering dengan curah hujan 6-7 bulan per-tahun dan menghasilkan tanaman kopi arabika dari varietas terseleksi. Pohon kopi ditanam di bawah pohon penaung dan dikombinasikan dengan tanaman lain yang dikelola dengan pupuk organik. Gelondong merah dipetik secara manual dan dipilih dengan presentase minimal 95%. Kopi gelondong merah selanjutnya diolah secara basah, dengan fermentasi selama 12 jam atau 36 jam serta dikeringkan secara alami dengan cara menjemur.

3. Kopi Lampung
Kopi Lampung cukup pantas dikategorikan sebagai salah satu kopi terbaik Indonesia karena keistimewaan aroma dan rasanya yang khas. Jenis kopi yang dibudidayakan oleh kebanyakan petani kopi di daerah lampung adalah jenis Kopi Robusta. Sebagian besar perkebunan kopi Lampung di dataran tinggi Lampung merupakan perkebunan rakyat yang terpusat di daerah Lampung Tengah, Lampung Barat, dan daerah Tanggamus.

Kopi Liwa menjadi komoditas andalan Kab. Lampung Barat dimana setiap tahunnya mampu menghasilkan ratusan ton kopi dan ini merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakatnya yang tersebar di 25 kecamatan., sehingga daerah ini kerap daerah ini keraomdijiluki sebagau "negeri kopi",
Kopi Liwa diproduksi dalam dua aroma yaitu ginseng dan pinang.

4. Kopi Lintong,  Mandaling, dan Sidikalang (Sumatra Utara)
Di Sumatera Utara terdapat tiga daerah penghasil kopi terbaik yaitu Lintongnihuta, Mandailing, dan Sidikalang.

Lintong diambil dari nama daerah di Lintong Nihuta, Kab. Humbang Husundutan, Tapanuli Utara. Kopi ini termasuk jenis kopi arabika dengan rasa mild namun kental, aroma yang wangi dan rasa asam yang khas, cocok bagi Anda yang gemar minum kopi tubruk atau espresso. Kopi ini secara kualitas cukup diakui, dimana salah satu produk yang memanfaatkannya adalah Starbuck.

Kopi Mandailing terkenal akan keistimewaan rasa, aroma dan kekentalannya. Kopi dengan varietas arabika mandailing yang tumbuh di sekitar Danau Toba diatas ketinggian 1500 mdpl ini diolah dan difermentasi fulk washed sehingga membuat kopi ini lebih spesial, alami, higienis dan tidak menyebabkan asam lambung naik. Karakter rasa dari kopi Mandailing secara umum lebih full body, medium acidity,msweet flavour dan fruith aroma. Saat ini para importir kopi dari berbagaumnegara seperti Jepang, Singapura dan Korea sudah melirik kopi ini.
Kopi Sidikalang sudah terkenal akan cita rasanya yang mantap, bahkan bukan hanya di dalam negeri tetapi sampai ke luar negeri. Salah satu pesaing kenikmatan kopi Sidikalang adalah kopi brazil, yaitu salah satu kopi terbaik di dunia. Sidikalang adalah ibu kota Kabupaten Dairi, terletak di daerah pegunungan nan sejuk. Menurut para ahli kopi, kekhasan Kopi Sidikalang didapat dari kombinasi hawa dingin dan jenis tanah di kawasan Bukit Barisan dengan ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut. Ada dua jenis kopi yang dibudidayakan yaitu robusta dan arabika, dimana luas perkebunan robusta di Kab. Dairi adalah 14.117 ha dengan produksi 6.750 ton pertahun, dan arabika dengab luas 5.771,5 ha dengan produksi 2.650 ton setiap tahunnya. Di Sumatera Utara terdapat tiga daerah penghasil kopi terbaik yaitu Lintongnihuta, Mandailing, dan Sidikalang.

5. Kopi Basemah (Sumatra Selatan)
Kopi Besemah adalah salah satu kopi yang paling digemari oleh penduduk di wilayah Sumatera Selatan, aroma dan rasanya yang gurih meninggalkan kesan tersendiri bagi penikmatnya. Mayoritas Kopi Besemah adalah jenis Robusta yang tumbuh di dataran tinggi di sekitar pegunungan & perbukitan. Yang paling terkenal dan dicari oleh penikmat kopi adalah Kopi Besemah yang berasal dari daerah Pagaralam yang tumbuh di perkebunan petani di sekitar lereng Gunung Dempo.

Kopi Robusta yang berasal dari Pagaralam ini sejak dulu dikenal istimewa karena aromanya. Wanginya sudah tercium, bahkan sebelum kopinya diseduh. Para petani kopi setempat mengatakan bahwa kopi Pagaralam adalah salah satu kopi favorit Ratu Yuliana pada jaman Belanda dulu. Ratu Yuliana memang seorang pencinta kopi, dan tak pernah melewatkan satu hari pun tanpa kopi. Di Pagaralam, ada sebuah kebun kopi yang khusus dibuat untuk menghasilkan biji kopi terbaik, dan hasil panennya seluruhya dikirim ke dapur istana Sang Ratu dari Belanda ini. Letak kebun kopi yang menjadi kebanggaan rakyat Pagaralam ini terletak di sekitar Simpang Padang Karet.

Selain itu ada juga Kopi Besemah dari daerah Kabupaten Muara Enim dan OKU Timur yang biasa disebut Kopi Semendo, juga dari seputar Kabupaten Lahat dan Empat Lawang meskipun jenis, aroma dan rasanya sama dengan Kopi Besemah dari daerah Pagaralam.

Tempat penjualan kopi ini tersebar di beberapa tempat di berbagai wilayah di Sumsel. Salah satunya yang cukup terkenal adalah di daerah pecinan yang berdiri sejak jaman Sriwijaya di Pasar 16 ilir. Kopi yang dipesan langsung dipanggang pada saat itu juga, dibungkus, dan siap untuk dinikmati atau untuk oleh-oleh.

6Kopi Toraja (Sulawesi Selatan)
Kopi Toraja sebagian besar ditanam di perkebunan kecil milik pendududk di lereng-lereng gunung. Toraja sebagai penghasil kopi Torabikq dengan rasa khas (Toraja adalah gudang kopi terbesar di wilayah timur aIndonesia). Kopi Toraja memiliki citarasa yang berbeda dan khas, karena mutu kandungan tanah (soil) di pegunungan Sulsel ini membuat rasa kopi ini memiliki kesan tersendiri.


Kopi ini memiliki kandungan asam rendah dan memiliki body yang berat. Kopi ini juga dikenal dengan kopi celebes kalossi, yang diambil dari nama koloni Belanda untuk salah satu daerah di Sulawesi. Kopi ini termasuk jenis kopi Arabika yang profilnya mirip dengan kopi Sumatra. Aroma wangi kopi langsung tercium ketika membuka kemasan, meskipun tidak terlalu kuat. Rasanya ada sedikit rasa tanah yang menjadi nilai lebih kopi Toraja

7. Kopi Jawa
Java coffee adalah kopi yang sangat terkenal sehingga nama Jawa menjadi nama identitas untuk kopi. Kopi Jawa tidak memiliki bentuk yang sama dengan kopi Sumatra dan Sulawesi, cita rasa juga tidak terlalu kaya sebagaimana kopi dari Sumatra atau Sulawesi karena sebagian besar kopi Jawa diproses secara basah (wet process). Meskipun begitu, sebagian kopi Jawa mengeluarkan aroma tipis rempah sehingga membuatnya lebih baik dari jenis kopi lainnya. Kopi Jawa memiliki keasaman yang rendah dikombinasikan dengan kondisi tanah, suhu udara, cuaca, serta kelembaban udara.

Kopi Jawa yang paling terkenal adalah Jampit dan Blawan. Biji kopi Jawa yang tua (disebut old-brown) berbentuk besar, dan rendah kadar asam. Kopi ini dengan rasa kuat, pekat, rasa kopi manis. Produksi Kopi Jawa Arabika dipusatkan di tengah Pegunungan Ijen, di bagian ujung timur Pulau Jawa, dengan ketinggian pegunungan 1400 meter. Kopi ini dibudidayakan pertama kali oleh kolonial Belanda pada abad 18 pada perkebunan besar.

Istilah a Cup of Java muncul di dunia barat, hal ini mengesankan kopi Indonesia identik dengan Kopi Jawa, meskipun masih terdapat kopi nikmat lainnya seperti kopi Sumatera dan kopi Sulawesi. Kopi yang ditanam di Jawa Tengah pada umumnya adalah kopi Arabika, sedangkan di Jawa Timur, Kayu Mas, Blewan, dan Jampit pada umumnya adalah kopi Robusta. Di daerah pegunungan dari Jember hingga Banyuwangi terdapat banyak perkebunan kopi Arabika dan Robusta. Jember sudah dikenal dunia sebagai daerah penghasil kopi Jawa yang berkualitas dan nikmat.

Produksi kopi Jawa dari jenis kopi arabika yang terkenal di dunia telah membuat banyak pengusaha Jawa sukses berdagang kopi. Harga kopi arabika yang banyak diproduksi di Jawa lebih mahal daripada kopi robusta. Bahkan banyak negara di dunia terutama Amerika dan Eropa menyebut kopi identik Jawa.

8Kopi Gayo (Aceh)
Saat ini di Aceh terdapat dua jenis kopi yang di budidayakan adalah kopi arabika dan kopi robusta. Dua jenis kopi Gayo yang sangat terkenal yaitu kopi Gayo (Arabika) dan kopi Ulee Kareeng (Robusta). Untuk kopi jenis Arabika umumnya dibudidayakan di wilayah dataran tinggi “Tanah Gayo”, Aceh Tenggara, dan Gayo Lues, sedangkan di Kabupaten Pidie (terutama wilayah Tangse dan Geumpang) dan Aceh Barat lebih dominan dikembangkan oleh masyarakat disini berupa kopi jenis Robusta. Kopi Arabika agak besar dan berwarna hijau gelap, daunnya berbentuk oval, tinggi pohon mencapai tujuh meter. Namun di perkebunan kopi, tinggi pohon ini dijaga agar berkisar 2-3 meter. Tujuannya agar mudah saat di panen. Pohon kopi arabika mulai memproduksi buah pertamanya dalam tiga tahun. Lazimnya dahan tumbuh dari batang dengan panjang sekitar 15 cm. Dedaunan yang diatas lebih muda warnanya karena sinar matahari sedangkan dibawahnya lebih gelap. Tiap batang menampung 10-15 rangkaian bunga kecil yang akan menjadi buah kopi. Dari proses inilah kemudian muncul buah kopi disebut cherry, berbentuk oval, dua buah berdampingan.

Varietas Arabika mendominasi jenis kopi yang dikembangkan oleh para petani Kopi Gayo. Produksi kopi Arabika yang dihasilkan dari Tanah Gayo merupakan yang terbesar di Asia Kopi Gayo merupakan salah satu kopi khas Nusantara asal Aceh yang cukup banyak digemari oleh berbagai kalangan di dunia karena memiliki citarasa khas dengan ciri utama antara lain aroma dan perisa yang kompleks dan kekentalan yang kuat. Hal ini sudah diakui oleh seorang pakar uji cita rasa (cupper) kopi dunia, Chistopher Davidson.
Cita rasa kopi Gayo yang asli terdapat pada aroma kopi yang harum dan rasa gurih hampir tidak pahit. Bahkan ada juga yang berpendapat bahwa rasa kopi Gayo melebihi cita rasa kopi Blue Mountain yang berasal dari Jamaika.
Kopi yang dihasilkan dari perkebunan rakyat di dataran tinggi (di ketinggian 1.000 - 1.700 m di atas permukaan laut) tersebut, kopi ditanam dengan cara organik tanpa bahan kimia sehingga kopi ini juga dikenal sebagai kopi hijau (ramah lingkungan). Kopi Gayo disebut-sebut sebagai kopi organik terbaik di dunia.
Kopi Gayo telah mendapat Fair Trade Certified™ dari Organisasi Internasional Fair Trade pada tanggal 27 Mei 2010, Kopi Gayo menerima sertifikat IG (Indikasi Geogafis) diserahkan oleh Menkumham. Kemudian pada Event Lelang Special Kopi Indonesia, 10 Oktober 2010 di Bali, kembali Kopi Arabika Gayo memperoleh peringkat tertinggi saat cupping score. International Conference on Coffee Science, Bali, Oktober 2010 menominasikan kopi Dataran Tinggi Gayo ini sebagai the Best No 1, dibanding kopi arabika yang berasal dari tempat lain.




Click Me!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Varietas Biji Kopi Di Indonesia

   Varietas kopi merujuk kepada subspesies kopi. Biji kopi dari dua tempat yang berbeda biasanya juga memiliki karakter yang berbeda, baik dari aroma (dari aroma jeruk sampai aroma tanah), kandungan kafein, rasa dan tingkat keasaman. Ciri-ciri ini tergantung pada tempat tumbuhan kopi itu tumbuh, proses produksi dan perbedaan genetika subspesies kopi.
   Kopi merupakan tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan. Selain sebagai sumber penghasilan bagi tidak kurang satu setengah juta jiwa petani Indonesia, kopi juga menjadi komoditas andalan ekspor dan sumber pendapatan devisa negara. Hasil kopi Indonesia saat ini menempati peringkat ke empat terbesar didunia.Kopi memiliki sejarah panjang dan memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Tanaman kopi berasal dari famili Rubiaceae yang  terdiri atas sekitar 500 genus dan lebih dari 6000 spesies. Sebagian besar tumbuhan ini berwujud semak dan tumbuh baik pada iklim tropis.


Ada 4 jenis/varietas biji kopi dan jenis tambahan yang cukup popular di Indonesia saat ini yang dikonsumsi dan diperdagangkan secara komersial. Diantaranya:

1.   Arabika
Ini adalah jenis kopi yang dibudidayakan pertama kali di Indonesia. Kopi jenis arabika sangat baik ditanam didaerah yang berketinggian 1.000 – 2.100 di atas permukaan laut. Semakin tinggi lokasi perkebunan kopi, cita rasa yang dihasilkan oleh biji kopi akan semakin baik. Selain itu perakaran tanaman kopi arabika lebih dalam dibandingkan dengan perakaran kopi robusta. Karena itu perkebunan kopi arabika hanya terdapat di beberapa daerah tertentu . Beberapa penanaman jenis kopi arabika yang terkenal di Indonesia diantaranya; Propinsi Sumatera Utara (Tapanuli utara, Dairi, Tobasa, Humbang, Mandailing, dan Karo), Propinsi Aceh, Propinsi Lampung, Beberapa Propinsi dipulau Sulawesi , jawa dan Bali.
Karakteristik biji kopi arabika secara umum :
- Rendemennya lebih kecil dari jenis kopi lainnya ( 18 – 20%)
- Bentuknya agak memanjang.
- Bidang cembungnya tidak terlalu tinggi.
- Lebih bercahaya dibandingkan dengan jenis lainnya.
- Ujung biji lebih mengkilap tetapi jika dikeringkan berlebihan akan terlihat retak atau pecah.
- Celah tengah (center cut) dibagian datar (perut) tidak lurus memanjang kebawah tetapi berlekuk.
- Untuk biji yang sudah dipanggang (roasting), celah tengah terlihat putih.
- Untuk biji yang sudah diolah, kulit ari kadang-kadang masih menempel dicelah atau parit biji kopi.
   Kopi arabika pertama kali dibudidayakan di Indonesia pada tahun 1969. Awalnya, pengembangan jenis kopi arabika merupakan varietas typical dan borbon. Turunan dari penyilangan kedua varietas tersebut diantaranya caturra, pacas, san ramon, Sumatra dan marogogipe. Berbagai varietas tersebut terkenal dengan mutu yang baik, tetapi sebagian besar masih rentan terserang hama dan penyakit.        
   Dalam perkembangannya selama lebih dari 50 tahun, kopi jenis arabika memiliki potensi produksi yang sangat tinggi dan relative tahan hama dan penyakit. Beberapa negara yang telah melakukan perbanyakan tanaman jenis arabika antara lain Kolombia, Brazil, India dan beberapa negara di Amerika Tengah.

2.   Robusta
   Tanaman kopi jenis robusta memiliki adaptasi yang lebih baik dibandingkan dengan kopi jenis arabika . Areal perkebunan kopi jenis robusta di Indonesia relative luas. Pasalnya kopi jenis robusta, dapat tumbuh diketinggian  yang lebih rendah dibandingkan dengan lokasi perkebunan kopi jenis arabika.
   Kopi jenis robusta yang asli sudah hampir musnah. Saat ini, beberapa jenis robusta sudah tercampur menjadi klon atau hibrida. Berikut karakteristik fisik biji kopi robusta:
- Rendemen kopi robusta relative lebih tinggi dibandingkan dengan rendemen kopi arabika (20 – 22%)
- Biji kopi agak bulat.
- Lengkungan biji lebih tebal dibandingkan dengan jenis arabika.
- Garis tengah (parit) dari atas ke bawah hampir rata.
- Untuk biji yang sudah diolah, tidak terdapat kulit ari dilekukan atau bagian parit.
Kini tanaman kopi robusta telah berkembang pesat dan mendominasi areal tanaman kopi di Indonesia.

3.   Liberika
   Kopi Liberika adalah jenis kopi yang berasal dari Liberia, Afrika barat. Kopi ini dapat tumbuh setinggi 9 meter dari tanah. Di abad-19, jenis kopi ini didatangkan keIndonesia untuk menggantikan kopi arabika yang terserang oleh hama penyakit.
   Dahulu, kopi liberika pernah dibudidayakan  di Indonesia, tetapi sekarang sudah ditinggalkan oleh pekebun atau petani. Pasalnya, bobot biji kopi keringnya hanya 10% dari bobot kopi basah. Selain perbandingan bobot  basah dan bobot kering, rendemen biji kopi liberika yang rendah merupakan salah satu factor tidak berkembangnya jenis kopi liberika di Indonesia. Rendemen kopi liberika hanya sekitar 10 – 12%.
   Karakteristik biji kopi liberika hampir sama dengan jenis arabika. Kelebihannya jenis liberika lebih tahan terhadap serangan hama Hemelia Vastatrixi dibandingkan dengan kopi jenis arabika. Beberapa varietas kopi Liberika yang pernah didatangkan ke Indonesia antara lain adalah Ardoniana dan durvei.
   Kopi liberika memiliki beberapa karakteristik:
- Ukuran daun, cabang, bunga, buah dan pohon lebih besar dibandingkan kopi arabika dan kopi robusta.
- Cabang primer dapat bertahan lebih lama dan dalam satu buku dapat keluar bunga atau buah lebih dari satu kali.
- Kualitas buah relatif rendah.
- Produksi sedang, (4,-5 ku/ha/th) dengan rendemen ± 12%
- Berbuah sepanjang tahun.
- Ukuran buah tidak merata/tidak seragam
- Tumbuh baik di dataran rendah.
   Kopi liberika termasuk tanaman hutan dan banyak terdapat di pedalaman Kalimantan dan sudah berabad lamanya menjadi minuman tradisional suku Dayak di sana. Pohon kopi liberika ini bisa mencapai ketinggian 30 m, dan biji kopi liberika merupakan biji kopi dengan ukuran terbesar di dunia.

4.   Excelsa
   Kopi jenis ini tidak termasuk kedalam kelompok arabika dan robusta akan tetapi masuk kelompok liberoid. Asal mula kopi excelsa ditemukan secara historis di daerah afrika Barat tahun 1905 kemudian menyebar ke daerah melayu.
   Dewevrei Coffea  atau kopi Ekselsa (Excelsa) memang tidak terlalu banyak dibudidayakan di tanah Indonesia. Kopi Ekselsa mempunyai cita rasa dan aroma yang dikategorikan kuat dan dominan pahit. Beberapa peneliti luar negeri juga mulai tertarik terhadap kopi excelsa indonesia. Mempunyai fisik yang lebih besar dari kopi arabika maupun robusta dan cenderung berbuah sepanjang tahun, mudah dibudidayakan. Kopi ini merupakan jenis kopi yang tidak begitu peka terhadap penyakit HV (relatif tahan terhadap hama dan penyakit) dan dapat ditanam di dataran rendah dan lembab, atau dapat juga disimpulkan bahwa kopi Ekselsa (Excelsa) ini dapat ditanam di daerah yang tidak sesuai untuk kopi robusta.  Kopi Ekselsa (Excelsa) juga dapat ditanam di atas lahan gambut yang memiliki kesuburan rendah yang tidak dapat ditanami baik kopi arabika maupun robusta, kemudian cukup 3,5 tahun, tanaman ini sudah mampu memproduksi biji kopi sekitar 800-1200 kg per Hektar.
   Kopi jenis Ekselsa (Excelsa)sudah ditanam masyarakat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Jambi) sejak 50 tahun yang lalu. Beberapa perusahaan kopi terkemuka di Indonesia telah menggunakan kopi ini sebagai bahan baku. Jenis Kopi Ekselsa (Excelsa) sejak dahulu telah menjadi kopi andalan daerah jambi , bahkan beberapa tahun terakhir mengalami  peningkatan permintaan dari Malaysia dan Singapura Dengan harga jual mencapai Rp 26.000 per kilogram. Jambi memang merupakan daerah yang tepat untuk membudidayakan Kopi Ekselsa ini, tepatnya  di daerah Ilir yang sebagian besar memiliki lahan gambut, seperti di Kec. Pengabuan, Kec. Betara, Kecamatan Bram Itam dan Kuala Betara.

Jika ditambahkan dengan varietas biji kopi dengan perlakuan khusus, maka dapat diperoleh biji kopi seperti;

5.   Luwak
   Kopi Luwak adalah seduhan kopi menggunakan biji kopi yang diambil dari sisa kotoran luwak/musang kelapa. Biji kopi ini diyakini memiliki rasa yang berbeda setelah dimakan dan melewati saluran pencernaan luwak. Kemasyhuran kopiini di kawasan Asia Tenggara telah lama diketahui, namun baru menjadi terkenal luas di peminat kopi gourmet setelah publikasi pada tahun 1980-an.
   Kopi Luwak terkait erat dengan sejarah pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan tanaman komersial di koloninya di Hindia Belanda terutama di pulau Jawa dan Sumatera. Salah satunya adalah bibit kopi arabika yang didatangkan dari Yaman. Pada era "Tanam Paksa" (Cultuurstelsel) tahun 1830—1870, Belanda melarang pekerja perkebunan pribumi memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi, akan tetapi penduduk lokal ingin mencoba minuman kopi yang terkenal itu. Kemudian pekerja perkebunan akhirnya menemukan bahwa ada sejenis musang yang gemar memakan buah kopi, tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji kopinya masih utuh dan tidak tercerna. Biji kopi dalam kotoran luwak ini kemudian dipunguti, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian diseduh dengan air panas, maka terciptalah kopi luwak.Kabar mengenai kenikmatan kopi aromatik ini akhirnya tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, maka kemudian kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Karena kelangkaannya serta proses pembuatannya yang tidak lazim, kopi luwak pun adalah kopi yang mahal sejak zaman kolonial.
   Luwak (musang) senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Dengan indera penciumannya yang peka, luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul matang optimal sebagai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang masih dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Hal ini terjadi karena luwak memiliki sistem pencernaan yang sederhana, sehingga makanan yang keras seperti biji kopi tidak tercerna. Biji kopi luwak seperti ini, pada masa lalu hingga kini sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami di dalam sistem pencernaan luwak. Aroma dan rasa kopi luwak memang terasa spesial dan sempurna di kalangan para penggemar dan penikmat kopi di seluruh dunia.

6.   Peaberry
   Kopi Peaberry disebut juga kopi lanang yang bentuk bijinya berbeda dengan kopi pada umumnya. Lanang berarti laki-laki dalam bahasa Jawa. Disebut demikian karena bentuk biji kopi ini tunggal dan bulat, tidak terbelah seperti bentuk biji kopi pada umumnya. Meski demikian, sebenarnya kopi ini bukan varietas baru. Kopi lanang bisa dihasilkan oleh pohon kopi jenis robusta maupun arabika yang pada umumnya ditanam petani di Indonesia.
   Peminat kopi lanang di pasar lokal memang belum banyak. Para penggemar kopi dari luar negeri yang jauh lebih paham akan citarasa kopi lebih mengenal jenis kopi ini. Mereka bahkan rela membeli dengan harga mahal untuk mendapatkan citarasa tertinggi. Selain sarat dengan kandungan kafein, yakni sekitar 2,1 persen, banyak orang yakin kopi lanang berkhasiat menambah vitalitas kaum pria. Namun, hingga saat ini memang belum ada penelitian yang sudah membuktikan klaim tersebut.
   Volume produksi kopi lanang tidak terlalu banyak karena bukan dihasilkan oleh budidaya biasa. Kopi lanang sebenarnya hasil sortiran kopi biasa saat panen, namun untuk menghasilkan kualitas terbaik, maka lokasi penanaman pohon kopi harus berada di ketinggian minimal 1.500 meter di atas permukaan laut (dpl), karena hawa dingin mampu menghasilkan biji kopi terbaik. Padahal, tidak semua petani kopi memiliki lahan di ketinggian tersebut. Selain itu petani harus mengurangi serangga penyerbuk. Ini bertujuan agar bunga kopi mengalami stres sehingga menghasilkan biji kopi yang tidak normal, dimana cara budidaya ini belum banyak dilakukan lantaran berisiko merugikan petani yang berharap panen kopi normal. Kopi lanang biasanya banyak dihasilkan dari pohon kopi tua. Sayangnya, pohon kopi yang sudah tua sering ditebang karena dianggap tidak menghasilkan biji kopi terbaik. Padahal, pada saat berusia 10 tahun, pohon kopi tersebut berpeluang menghasilkan biji kopi lanang terbaik. Sebab, bunga kopi di pohon kopi tua sering tidak mendapatkan penyerbukan yang sempurna. Akibatnya, lebih mungkin akan berbentuk banyak biji kopi lanang.

7.   Longberry
  Kopi Blue Berry atau Pea Long merupakan kopi berkarakter fisik monokotil dan panjang, yang diperoleh hanya 10 % dari setiap 1 kilogram kopi jantan dan dilakukan secara manual, mempunyai citarasa tinggi yang ditanam di 1.520 mdpl. Kopi ini merupakan hasil seleksi petani langsung dan kecendrungan tekstur kopi lebih besar. Pea Long memiliki citarasa yang spesial, yakni; balance, body yang kuat, plavour, keasaman dan rasa manis yang seimbang.

8.  Kopi Putih
   Biji kopi yang diperoleh dari hasil proses pemanggangan terhadap biji kopi muda atau kopi mentah yang masih hijau saat dipanen. Pemanggangan yang sebentar membuat warna biji kopi menjadi lebih terang seperti halnya warna kacang. Biji kopi inilah yang disebut sebagai biji kopi ‘putih’. Biji kopi putih lebih keras dan memiliki rasa yang berbeda dengan kopi biasa.
   Jika kopi biasa memiliki rasa yang kuat dan pahit, namun kopi putih memiliki rasa yang gurih ketika diseduh. Rasa gurih akan bertambah ketika kopi diberi bahan-bahan lain untuk menambah cita rasanya.
   Semakin lama biji kopi biasa dipanggang akan semakin banyak kafein yang terbakar. Karena hanya dipanggang sebentar, kopi putih mengandung kafein lebih banyak, sehingga sangat ideal bagi mereka yang menginginkan dosis ektra kafein. Kopi putih bisa juga dinikmati oleh orang yang bukan peminum kopi karena rasanya yang gurih mungkin lebih cocok daripada kopi yang biasanya memiliki rasa pahit.
   Karena dipanggang dalam waktu tidak terlalu lama, maka biji kopi putih umumnya akan lebih keras daripada biji kopi yang dipanggang penuh. Oleh karena itu, biji kopi putih memerlukan alat penggiling khusus karena jika tidak, dapat mematahkan alat penggiling  biasa.
   Namun Kopi putih banyak juga dihasilkan dengan cara mencampur kopi biasa dengan bahan yang bisa membuatnya putih, seperti krim, susu, atau campuran antara krim dan susu sehingga berwarna putih, bukan biji yang dihasilkan dari proses pemanggangannya.
   Kopi putih dapat juga merujuk pada kopi putih Ipoh, kopi gaya Malaysia, dimana biji kopi dipanggang dengan margarin, sehingga memiliki warna yang lebih terang dibandingkan dengan kopi hitam tradisional Malaysia. Pemangangan bisa dengan karamel, margarin, dan gandum atau oat halus.

Jika berdasarkan proses untuk mendapatkan cita rasa menuju penyajiannya, maka dapat ditambahkan pengertian yang lain atas varian kopi, seperti;

9.   Campuran
   Biji kopi yang dihasilkan dari pencampuran biji dengan bahan tertentu untuk memperoleh keseimbangan rasa dan kompleksitas aromanya. Salah satu campuran tradisional yang tertua adalah Mocha-Java, terdiri dari biji kopi yang sama namanya. Rasa coklat yang khas sangatlah cocok dengan Cafe mocha, yang merupakan minuman kopi yang dicampur dengan coklat. Saat ini campuran Mocha-Java biasa dicampur dengan varietas lainnya untuk menciptakan ciri khas yang unik. Banyak perusahaan kopi yang memiliki campurannya tersendiri.
   Beberapa biji kopi sangatlah terkenal dan oleh sebab itu memiliki harga yang lebih mahal dari biji kopi lainnya. Jamaican Blue Mountain dan Hawaiian Kona mungkin adalah contoh yang baik. Biji kopi ini sering dicampur dengan biji kopi lainnya yang tidak seberapa mahal dan dengan itu nama campuran ini disebut blend (seperti "Blue Mountain blend" atau "Kona blend"), walau hanya sedikit biji kopi dari jenis itu yang digunakan.

10. Ekspresso
   Biji kopi yang digunakan untuk membuat kopi biasa dan kopi espresso biasanya berasal dari jenis yang sama. Namun perbedaannya terletak pada proses penggilingan, penyeduhan, dan pemanggangan biji kopi. Biji kopi yang digunakan untuk membuat espresso kehalusannya lebih bagus daripada yang digunakan untuk membuat kopi biasa.
   Kopi biasa diseduh dengan air panas atau hampir mencapai titik didih yang dituangkan di atas kopi bubuk atau dengan alat penggilingan French press. Espresso diseduh dengan memasukkan sejumlah kecil air yang sangat panas dan bertekanan tinggi melalui penggiling biji kopi. Espresso yang dihasilkan jauh lebih pekat dan lebih kental dibanding kopi biasa. Jumlah air yang digunakan untuk proses penyeduhan secangkir espresso biasanya sekitar 59 ml, sedangkan untuk secangkir kopi biasa sekitar 178 ml. Meskipun setiap cangkir memiliki kandungan kafein yang sama, namun espresso mengandung kafein lebih tinggi daripada kopi biasa dalam setiap ons-nya.

11. Latte
   Latte dikenal sebagai café au lait dalam bahasa Perancis, café con leche dalam bahasa Spanyol, dan Milchkaffee dalam bahasa Jerman. Dengan kata sederhana, latte berarti kopi susu. Latte sering menyertai sarapan dan merupakan ‘double shot’ espresso yang diberi susu di atasnya. Harus diperhatikan bahwa yang ditambahkan di atas latte adalah susu bukan buih susu sehingga jumlah susu dalam latte cukup signifikan.
   Di beberapa kafe, latte mungkin disajikan dengan busa di atasnya yang hanya digunakan untuk hiasan untuk membuatnya lebih menarik.Terdapat beberapa hiasan pada latte. Desain yang digunakan biasanya berbentuk hati atau daun.

12. Cappuccino
   Resep standar cappuccino umumnya terdiri atas sepertiga espresso, sepertiga susu, dan sepertiga busa susu. Minuman ini memiliki lapisan tebal busa di atasnya. Cappuccino memiliki rasa lebih kuat dibandingkan dengan latte tetapi dengan atribut rasa seimbang.
   Ada dua cara memesan cappuccino. Anda dapat memesannya ‘basah’ atau ‘kering’. Ketika memesan cappuccino ‘kering’, maka minuman yang disajikan memiliki lebih banyak busa dibandingkan dengan susu. Di sisi lain, cappuccino ‘basah’ akan terdiri dari lebih banyak susu.
   Akhir-akhir ini di Amerika, cappuccino tidak lagi menggunakan susu melainkan diganti dengan susu busa mikro. Susu ini memiliki tekstur glossy dan halus dengan gelembung kecil. Cappuccino biasanya dihiasi dengan taburan bubuk kayu manis di atasnya.



Click Me!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sekelumit Tentang Kafe Di Kota Malang

Sosiolog berkebangsaan Jerman, Juergen Habermas (1989) mencandra bahwa munculnya lembaga publik baru (new public institution) dii Eropa Barat pada sekitar abad 17 dan 18 menjadi titik-awal lahirnya “bourgeois public sphere”. Lembaga-lembaga publik baru itu berupa klub-klub, majalah-majalah, jurnal-jurnal, kedai-kedai kopi, salon-salon, dan ruang-ruang kafe lantai atas (cenacles).

Artinya, dalam bacaan Habermas, Kafe dan kedai kopi menjadi salah-satu institusi publik baru yang sanggup menghadirkan “new sub-culture” bagi masyarakat Eropa. Di kafe dan kedai kopi itu terjadi pertukaran diskursus kebudayaan borjuasi yang mendorong tumbuhnya kesadaran intelektual baru, yang lebih terbuka dan progresif, berbeda dengan diskursus lama yang relatif tertutup dan konservatif.

Menjamurnya kedai kopi dan kafe di Eropa Barat kala itu merupakan imbas dari ditemukannya “minuman ajaib” yang berasal dari biji kopi yang kemudian ditumbuk menjadi bubuk dan disedu dengan air hangat. Sebelum akhirnya menyebar di Eropa, Turki – di bawah kekhalifahan Ottoman – adalah Negara pertama di dunia yang memperkenalkan istilah kedai kopi atau coffeehouse, yang kemudian berkembang di Negara-negara Arab. Di coffeehouse itu, orang kerap melakukan berbagai pertemuan (termasuk pertemuan politik) dan berbagai kegiatan kebudayaan (termasuk mendongeng).

Perkembangan coffeehouse semakin menjamur di dunia tatkala utusan Sultan Muhammad IV mendatangi Paris, Perancis. Utusan sang Sultan itu membawa berkarung-karung biji kopi dan “mengajari” minum kopi di kalangan para bangsawan Perancis. Sejak itulah menjamur berbagai kedai kopi di Perancis, yang kerap diberi nama ‘Café”. Dari Perancis-lah – kemudian, istilah café menyebar ke seluruh Eropa dan dunia. Café – seperti kata Habermas – menjadi lembaga publik baru di Eropa Barat yang sekaligus menjadi ruang perjumpaan kaum borjuis untuk berbincang dan mengisi waktu luang.

Transformasi Kafe

Seiring perkembangan jaman, Café atau Kafe (dalam bahasa Indonesia) tak hanya melulu menyajikan menu minuman kopi. Kafe berkembang menjadi semacam “warung” dengan sajian yang lebih beragam. Kudapan, camilan, makanan, dan jenis-jenis minuman lain menjadi menu tambahan yang disajikan oleh sebuah Kafe. Kopi tidak lagi menjadi menu satu-satunya, meskipun tetap ada. Namun demikian, meskipun Kafe telah bertransformasi sedemikian rupa dengan menyajikan berbagai menu, ungkapan “ngopi” masih sering dipakai untuk merujuk aktivitas makan, minum atau berkumpul di Kafe.

Di samping itu, Kafe juga bertransformasi dalam bentuk tampilan (eksterior maupun interior), sajian hiburan tambahan, dan  tema yang diusung mengikuti selera pasar atau mengikuti inovasi sang pemilik Kafe. Di Kota Malang, misalnya, ada Kafe bernama “Coffe Story”. Kafe yang terletak di Jalan Kawi Atas no 23 Malang ini mempunyai keunikan dalam hal tema yang di usung. Coffe Story – sesuai dengan namanya – mengusung tema menghadirkan cerita tentang segala hal tentang kopi. Di Kafe ini, pelanggan disuguhi segala pengetahuan tentang kopi. Mulai dari cara minum kopi yang benar sampai melihat secara langsung proses pembuatan kopi, dari biji kopi sampai menjadi kopi yang bisa diminum, yang diperagakan oleh seorang barista. Pelanggan pun, jika mau, bisa melakukannya sendiri. Di samping itu, Coffe Story juga menyajikan menu segala varian kopi, baik lokal maupun internasional, di samping menu-menu pendamping. Luwak coffe, Espresso, Latte, Papua Kimbin, Toraja Coffe, Flores Bajawa, Uganda Bugisu adalah beberapa jenis kopi yang ditawarkan di Kafe ini. Di luar Coffe Story, masih banyak Kafe di Malang yang mencoba tampil beda untuk menggaet pelanggan.


Dua bentuk transformasi Kafe itu berimplikasi pada semakin bervariasinya menu dan model yang disajikan. Kafe yang  mempunyai tampilan cozy, menu variatif, harga terjangkau , dan hiburan yang menarik akan menjadi jujugan para pelanggan untuk menjadi tempat hangout.  Seperti salah satu contoh Bhaswara Cafe yang sering menjadi jujugan para penikmat tembang kenangan termasuk para musisi senior yang senang menikmati lagu - lagu lawas, jams sassion, hingga silahturahmi antar sesama penikmat musik.


Namun, di Kota Malang, ada juga Kafe yang memposisikan diri bukan untuk mengeksploitasi gaya hidup urban, tetapi menjadi ruang untuk melakukan dialektika pemikiran. Kedai Kopi Tjangkir 13 dan Warung Kelir adalah contoh Kafe yang hadir sebagai tempat pertemuan orang-orang tedidik untuk melakukan diskusi masalah-masalah politik, dan kebudayaan. Di kedua Kafe ini, kegiatan-kegiatan rutin yang sering dilakukan adalah berdiskusi tentang isu-isu politik. Artinya, Kedai Kopi Tjangkir 13 dan Warung Kelir tidak memposisikan sebagai bagian dari sub-kultur mainstream budaya borjuasi urban Kafe-Kafe di Malang. 


Kafe dan Kebudayaan Borjuasi Urban

Kafe merupakan produk kebudayaan borjuasi urban yang sering dipakai oleh komunitas-komunitas tertentu di perkotaan untuk menjadi tempat mengisi waktu senggang. Bahasa anak muda, Kafe adalah tempat untuk nongkronghangoutkongkouw-kongkouw atau cuci-mata. Artinya, dalam perspektif kebutuhan, ngopi di Kafe adalah sebuah kebutuhan sekunder atau bahkan tersier. Ngopi di Kafe bukanlah sebuah kebutuhan primer.

Namun, karena Kafe telah menjadi bagian dari sub-kultur budaya urban, “ngafe” tidak lagi dianggap sebagai kebutuhan sekunder atau tersier tetapi telah menjadi kebutuhan primer.  Ngopi di Kafe atau makan di Kafe merepresentasikan sebuah kebudayaan borjuasi urban. Artinya, seseorang baru sah dianggap sebagai orang kota jika dia telah terlibat dalam budaya “ngafe” ini. Hal ini juga berlaku di kalangan mahasiswa yang “dipaksa” untuk mengikuti irama budaya borjuasi urban ini.

Lebih lagi, sejak tahun 2000-an, Kafe di Kota Malang terus tumbuh pesat, menawarkan berbagai macam varian, yang juga berimplikasi pada habitus mahasiswa. Hadirnya Kafe-Kafe itu mendorong mahasiswa Malang untuk menghabiskan waktu senggang dengan “ngopi”.  Kedai Kopi (dan ketan) di sisi Barat Alun-Alun Kota Batu adalah salah-satu tempat favorit para mahasiswa untuk kongkouw-kongkouw sambil menikmati sejuknya kota Batu.
  

Sebagaimana diuraikan oleh Habermas, bagi mahasiswa, kedai kopi atau Kafe merupakan institusi publik yang dimanfaatkan sebagai ruang untuk mendeliberasikan diskursus publik. Di Kafe, secara egaliter, mahasiswa melakukan perbincangan-perbincangan tentang masalah kuliah, tugas-tugas, hobi, aktivitas organisasi, sampai masalah politik. Formalitas kuliah yang kaku dan rigid menjadi cair saat diperbincangkan di Kafe. Lebih lagi, jika dalam aktivitas ngopi itu, satu atau dua dosen ikut nimbrung, suasana egaliter semakin terasa.  

(Sumber: Siperubahan.com)





Click Me!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS